Sabtu, 21 April 2012

MAKALAH ILMIAH MASYARAKAT MADANI

BAB I
PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang
Semua orang ingin mendambakan kehidupan yang aman, damai dan sejahtera sebagaimana yang dicita-citakan masyarakat Indonesia, yaitu adil dan makmur bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk mencapainya berbagai sistem kenegaraan muncul, seperti demokrasi. Cita-cita suatu masyarakat tidak mungkin dicapai tanpa mengoptimalkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini terlaksana apabila semua bidang pembangunan bergerak secara terpadu yang menjadikan manusia sebagai subjek. Pengembangan masyarakat sebagai sebuah kajian keilmuan dapat menyentuh keberadaan manusia yang berperadaban. Pengembangan masyarakat merupakan sebuah proses yang dapat merubah watak, sikap dan prilaku  masyarakat ke arah pembangunan yang dicita-citakan.
Indikator dalam menentukan kemakmuran suatu bangsa sangat tergantung pada situasi dan kondisi serta kebutuhan masyarakatnya. Akhir-akhir ini masyarakat Indonesia mencuatkan suatu kemakmuran yang didambakan yaitu terwujudnya masyarakat madani. Munculnya istilah masyarakat madani pada era reformasi ini, tidak terlepas dari kondisi politik negara yang berlangsung selama ini. Sejak Indonesia merdeka, masyarakat belum merasakan makna kemerdekaan yang sesungguhnya. Pemerintah atau penguasa belum banyak memberikesempatan bagi semua lapisan masyarakat mengembangkan potensinya secara maksimal. Bangsa Indonesia belum terlambat mewujudkan masyarakat madani, asalkan semua potensi sumber daya manusia mendapat kesempatan berkembang dan dikembangkan. Mewujudkan masyarakat madani banyak tantangan yang harus dilalui. Untuk itu perlu adanya strategi peningkatan peran dan fungsi masyarakat dalam mengangkat martabat manusia menuju masyarakat madani itu sendiri.

B.   Batasan Masalah
Dalam makalah ini penulis membatasi permasalahan yang akan disajikan, dimana hanya meliputi :
1.    Bagaimana Ciri – Ciri Masyarakat Madani Dalam Sistem Islam…?
2.    Bagaimana Menemukan Islam Indonesia Dalam Tatanan Masyarakat Madani…?
3.    Bagaimana Pembentukan Masyarakat Islam Indonesia…?

C.   Tujuan
Pada batasan masalah yang ada, maka penulis dapat mengambil sebuah sinopsis bahwa tujuan dari penulisan makalah ilmiah ini adalah sebagai tambahan pengetahuan mengenai mayarakat madani yang tercantum kedalam ciri-cirnya serta menemukan islam indonesia dalam masyarakat madani dan pembentukan masyarakat islam indonesia.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA



A.   Pengertian Masyarakat Madani
Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan firman-Nya dalam Q.S. Saba’ ayat 15:
Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun”.
Masyarakat madani atau civil society secara umum bisa diartikan sebagai suatu masyarakat atau institusi sosial yang memiliki ciri-ciri antara lain : kemandirian, toleransi, keswadayaan, kerelaan menolong satu sama lain, dan menjunjung tinggi norma dan etika yang disepakati secara bersama-sama. Sebenarnya masyarakat madani secara substansial sudah ada sejak zaman Aristoteles, yakni suatu masyarakat  yang dipimpin dan tunduk pada hukum. Penguasa, rakyat dan siapapun harus taat dan patuh pada hukum yang telah dibuat secara bersama-sama. Bagi Aristoteles, siapapun bisa memimpin negara secara bergiliran dengan syarat ia bisa berbuat adil. Dan keadilan baru bisa ditegakkan apabila setiap tindakan didasarkan pada hukum. Jadi hukum merupakan ikatan moral yang bisa membimbing manusia agar senantiasa berbuat adil. Dalam mendefinisikan masyarakat madani ini sangat tergantung pada kondisi sosio-kultural suatu bangsa, karena bagaimanapun konsep masyarakat madani merupakan bangunan terma yang lahir dari sejarah pergulatan bangsa Eropa Barat. Sebagai titik tolak, disini akan dikemukakan beberapa definisi masyarakat madani dari berbagai pakar yang menganalisa dan mengkaji fenomena masyarakat madani ini:
Menurut Zbigniew Rau, masyarakat madani merupakan suatu masyarakat yang berkembang dari sejarah, yang mengandalkan ruang dimana individu dan perkumpulan tempat mereka bergabung, bersaing satu sama lain guna mencapai nilai-nilai yang mereka yakini. Ruang ini timbul di antara hubungan-hubungan yang merupakan hasil komitmen keluarga dan hubungan-hubungan yang menyangkut kewajiban mereka terhadap negara. Lebih tegasnya terdapat ruang hidup dalam kehidupan sehari-hari serta memberikan integritas sistem nilai yang harus ada dalam masyarakat madani, yakni individualisme, pasar dan pluralisme.
Menurut Han Sung-joo, masyarakat madani merupakan sebuah kerangka hukum yang melindungi dan menjamin hak-hak dasar individu, perkumpulan sukarela yang terbebas dari negara, suatu ruang pablik yang mampu mengartikulasikan isu-isu politik, gerakan warga negara yang mampu mengendalikan diri dan independen, yang secara bersama-sama mengakui norma-norma dan budaya yang menjadi identitas dan solidaritas yang terbentuk serta pada akhirnya akan terdapat kelompok inti dalamnya.
Menurut Kim Sunhyuk, masyarakat madani adalah suatu satuan yang terdiri dari kelompok-kelompok yang secara mandiri menghimpun dirinya dan gerakan-gerakan dalam masyarakat yang secara relatif otonom dari negara, yang merupakan satuan-satuan dasar dari reproduksi dan masyarakat politik yang mampu melakukan kegiatan politik dalam ruang publik, guna menyatakan kepedulian mereka dan memajukan kepentingan-kepentingan mereka menurut prinsip-prinsip pluralisme dan pengelolaan yang mandiri.
Gellner (1995:2) menyatakan bahwa masyarakat madani akan terwujud manakala terjadi tatanan masyarakat yang harmonis, yang bebas dari eksploitasi dan penindasan.
Masyarakat madani menurut Rahardjo seperti yang dikutip Nurhadi (1999: 9) ialah masyarakat yang beradab. Istilah masyarakat madani selain mengacu pada konsep civil society juga berdasarkan pada konsep negara-kota Madinah yang dibangun Nabi Muhammad SAW pada tahun 622M.
Hall (1998: 1) menyatakan bahwa masyarakat madani identik dengan civil society, artinya suatu gagasan, angan-angan, bayangan, cita-cita suatu komunitas yang dapat terejawantahkan ke dalam kehidupan sosial. Dalam masyarakat madani, pelaku sosial akan berpegang teguh pada peradaban dan kemanusiaan.
Hefner (1998: 16-20) menyatakan bahwa masyarakat madani merupakan masyarakat modern yang bercirikan kebebasan dan demokratisasi dalam berinteraksi di masyarakat yang semakin plural dan heterogen.
Istilah madani menurut Munawir (1997: 1320) sebenarnya berasal dari bahasa Arab, madaniy. Kata madaniy berakar dari kata kerja madana yang berarti mendiami, tinggal, atau membangun. Kemudian berubah istilah menjadi madaniy yang artinya beradab, orang kota, orang sipil, dan yang bersifat sipil atau perdata.
Gellner seperti yang dikutip Mahasin (1995: ix) menyatakan bahwa masyarakat madani sebagai terjemahan bahasa Inggris, civil society. Kata civil society sebenarnya berasal dari bahasa Latin yaitu civitas dei yang artinya kota Illahi dan society yang berarti masyarakat. Dari kata civil akhirnya membentuk kata civilization yang berarti peradaban. Oleh sebab itu, kata civil society dapat diartikan sebagai komunitas masyarakat kota yakni masyarakat yang telah berperadaban maju.

B.   Karakteristik Masyarakat Madani
Ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya:
1. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.
2. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.
3. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara dengan program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.
4. Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena keanggotaan organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-masukan terhadap keputusan-keputusan pemerintah.
5. Tumbuhkembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejim-rejim totaliter.
6. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-individu mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.
7. Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial dengan berbagai ragam perspektif.
8. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang beragama, yang mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan sebagai landasan yang mengatur kehidupan sosial.
9. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu maupun secara kelompok menghormati pihak lain secara adil.
10. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang dapat mengurangi kebebasannya.
11. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah diberikan oleh Allah sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa terganggu oleh aktivitas pihak lain yang berbeda tersebut.
12. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.
13. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan untuk umat manusia.
14. Berakhlak mulia.

















BAB III
PEMBAHASAN



A.   Masyarakat Madani Dalam Sistem Islam
Ada beberapa ciri-ciri masyarakat madani dalam sistem islam yaitu :
Ciri pokok yang pertama adalah persaudaraan sebagai mana yang tercantum dalam Al-Qur’an Surah Al-Hujurat ayat 10 “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara…” dalam ayat tersebut mengintaakan kita kembali bahwa kita di ciptakan oleh dzat yang sama, yaitu Allah SWT,serta mengingatkan kita pada sebuah perkataan bahwa Seorang mukmin dengan mukmin yang lain laksana bagian satu bangunan yang saling mengokohkan  bagian bangunan  yang lain. 
Sehingga dalam masyarakat Islam yang bersendikan persaudaraan itu,  para anggotanya harus hidup saling membantu satu sama lain, saling tolong  menolong dan saling mengulurkan tangan dalam kondisi apaun baik itu susah maupun senang. Karena mereka disatukan oleh satu aqidah, persaudaraan demikian disebut dengan ukhuwah Islamiyah sehingga dengan konsep tersebut dapat dilihat akan terciptanya masyarakat madani yang memunculkan islam indonesia secara syamil dan kaffah.
Ciri pokok yang kedua adalah persamaan dimana Konsep persamaan yang menjadi ciri pokok dalam masyarakat Islam menunjuk pada kensep hukum yang menunjuk makna kesamaan kedudukan sebagi mana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Hujuraat ayat 13 “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” sehingga pada ayat tersebut kita bisa mengabil sebuat ibroh bahwa kedudukan manusia terhadap sang pencipta itu sama, yang membedakannya hanyalah ketaqwaan mereka terhadap Allah SWT.
Ciri pokok yang ketiga adalah Toleransi merupakan sikap atau perbuatan yang dapat  membiarkan atau  menghargai pendirian, pendapat dan perbuatan orang lain, sekalipun tidak sama dengan pendirian dan pendapat sendiri. Rumusan ini menyangkut toleransi sosial yang artinya hal-hal yang berbaur dengan pergaulan dengan masyarakat yang lain. Mengenai toleransi agama, perumusannya harus diubah, sebab toleransi agama  berhubungan dengan aqidah, keyakinan. Aqidah harus dijaga kemumiannya. Aqidah Islamiyah adalah iman yang bernafaskan Tauhid yang murni sebagaimana yang dirumuskan dalam Al-Qur an Surah Al-Kafirun ayat 6 "Bagimu agamamu dan bagiku agamaku ". Dalam hal ini perlu dipahami bahwa Allah tidak melarang untuk melakukan interaksi dengan masyarakat yang berbeda keyakinan.
Beberapa ciri yang lain yaitu menganjurkan berbuat baik mencegah berbuat jahat, ciri yang lain adalah musyawarah dan menegakkan keadilan serta keadilan.

B.   Islam Indonesia Dalam Tatanan Masyarakat Madani
Diantara cita-cita bangsa Indonesia diera reformasi adalah ingin membangun suatu masyarakat madani ala Indonesia yang bernuansa islami yang memberikan kedamaian tiap penjuruh wilayah indonesia yang jauh dari permasalahan dan konflik. Oleh sebab itu diperlukan adanya islam indonesia yang berada dalam jalur masyarakat madani, sehingga untuk membentuk kesatuan tersebuat sehingga harus merujuk ke dalam hal-hal yang penting diantaranya :
1. Terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat.
2. Berkembangnya modal manusia (human capital) dan modal sosial (socail capital) yang kondusif bagi terbentuknya kemampuan melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan terjalinya kepercayaan dan relasi sosial antar kelompok.
3. Tidak adanya diskriminasi dalam berbagai bidang pembangunan; dengan kata lain terbukanya akses terhadap berbagai pelayanan sosial.
4. Adanya hak, kemampuan dan kesempatan bagi masyarakat dan lembaga-lembaga swadayauntuk terlibat dalam berbagai forum dimana isu-isu kepentingan bersama dan kebijakan publik dapat dikembangkan.
5. Adanya kohesifitas antar kelompok dalam masyarakat serta tumbuhnya sikap saling menghargai perbedaan antar budaya dan kepercayaan.
6. Terselenggaranya sistem pemerintahan yang memungkinkan lembaga-lembaga ekonomi, hukum, dan sosial berjalan secara produktif dan berkeadilan sosial.
7. Adanya jaminan, kepastian dan kepercayaan antara jaringan-jaringan kemasyarakatan yang memungkinkan terjalinnya hubungan dan komunikasi antar mereka secara teratur, terbuka dan terpercaya.
            Tanpa landasan  tesebut maka islam indonesia yang berada dalam tatanan masyarakat madani hanya akan berhenti pada struktur ungkapan saja. Masyarakat madani akan terjerumus pada masyarakat sipilisme yang sempit yang tidak ubahnya dengan faham militerisme yang anti demokrasi dan sering melanggar hak azasi manusia.
C.   Pembentukan Masyarakat Islam Indonesia
Perujukan terhadap masyarakat Madinah sebagai tipikal masyarakat ideal bukan pada peniruan struktur masyarakatnya, tapi pada sifat-sifat yang menghiasi masyarakat ideal ini. Seperti pelaksanaan pendidikan yang baik serta bernuansa islam sehingga konsep masyarakat madani merupakan tuntutan baru yang memerlukan berbagai torobosan di dalam berpikir, penyusunan konsep, serta tindakan-tindakan.
Dengan kata lain, dalam menghadapi perubahan masyarakat dan zaman, diperlukan suatu paradigma baru di dalam menghadapi tuntutan-tuntutan yang baru, apabila tantangan-tantangan baru tersebut dihadapi dengan menggunakan paradigma lama, maka segala usaha yang dijalankan akan memenuhi kegagalan terobosan pemikiran kembali konsep dasar pembaharuan pendidikan Islam menuju masyarakat madani adalah sebuah pemikiraan baru yang sangat diperlukan, karena  pendidikan yang berasaskan islam merupakan sarana terbaik yang didisain untuk menciptakan suatu generasi baru pemuda-pemudi yang tidak akan kehilangan ikatan dengan tradisi mereka sendiri tapi juga sekaligus tidak menjadi bodoh secara intelektual atau terbelakang dalam pendidikan mereka atau tidak menyadari adanya perkembangan-perkembangan disetiap cabang pengetahuan manusia.
Jadi berdasarkan pemaparan diatas dapat ditarik sebuah benang merah bahwa salah satu cara pembentukan masyarakat islam indonesia dalam tatanan masyarakat madani adalah dengan adanya pendidikan yang bersistem islam. Jadi, dapat dikatakan bahwa konsepsi pendidikan model Islam, tidak hanya melihat pendidikan itu sebagai upaya "mencerdaskan" semata melainkan sejalan dengan konsep Islam tentang manusia dan hakekat eksistensinya. Maka pendidikan Islam sebagai suatu pranata sosial, juga sangat terkait dengan pandangan Islam tentang hakekat keberadaan manusia. Oleh karena itu, pendidikan Islam juga berupaya untuk menumbuhkan pemahaman dan kesadaran bahwa manusia itu sama di depan Allah dan perbedaanya adalah terletak pada kadar ketaqwaan masing-masing manusia, sebagai bentuk perbedaan secara nyata.


























BAB IV
PENUTUP



A.   Simpulan
Berdasarakan penjelasan diatas maka dapat kita menarik sebuah kesimpulan yaitu :
1. Adapun ciri-ciri dari masyarakat madani dalam siste islam yaitu Ciri pokok yang pertama adalah persaudaraan, Ciri pokok yang kedua adalah persamaan, Ciri pokok yang ketiga adalah Toleransi, dan Beberapa ciri yang lain yaitu menganjurkan berbuat baik mencegah berbuat jahat, ciri yang lain adalah musyawarah dan menegakkan keadilan serta keadilan.
2. Terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat, Berkembangnya modal manusia (human capital) dan modal sosial (socail capital), tidak adanya diskriminasi, Adanya hak, kemampuan dan kesempatan, Adanya kohesifitas, Adanya jaminan.
3. Pembentukan masyarakat islam indonesia diawali dari sebuah sistem pendidikan yang berasakan islam dalam tatanan masyarakat madani.

B.   Saran
Sebagai manusia yang tidak pernah lepasa dari kesalahan, tentu saja dalam makalah ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki.
Oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang bersifatnya membangun dari pembaca demi kelayakan makalah ini dan berbesar hati memaafkan kekurangan dan kesalah penulis dalam makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA




Mas’ud, Abdurrahman. 2000. Reformasi Pendidikan Agama Menuju Masyarakat “Madani”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ismail SM. 2000. Signifikansi Peran Pesantren dalam Pengembangan Masyarakat madani. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Az-Zuhali,Wahab. 2005. Kebebasan Dalam Islam. Jakarta:Pustaka Al-Kautsar.

Madjid, Nurcholish. 1998. Masyarakat madani Diera Millennium. From http://www.fortunecity.com/millennium/oldemill/498/civils/NMadjid.html. 25 Januari 2012


Wahid, Abdurrahman. 1999. Universalisme Islam dan Kosmopolitanisme Peradaban Islam.


http:/artikel.isnet.org/Islam/Paramadina/Konteks/Universalisme.html11/9/99. Hal. 1.


Uin Malang. Masyarakat Madani. From http://blog.uin-malang.ac.id/fityanku/2011/12/19/masyarakat-madani/. 25 Januari 2012

            Agama RI,Departemen. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Cv Penerbit Diponegor.

            Tim Dosen Mata Kuliah Kewarganegaraan. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan. UPT MKU UNHAS: Makassar

Tidak ada komentar:

albumQ

albumQ
Takbir Azzam